Demon Slaying For Eternity – Berdasarkan kisah Perjalanan ke Barat, Kronik Pembunuh Iblis menceritakan kembali kisah tersebut, membayangkan kembali mereka sebagai pembantai iblis yang berdedikasi, bukannya peziarah untuk mendapatkan teks suci. Penulis menafsirkan cerita ini sebagai empat protagonis utama yang memperjuangkan keadilan dengan bebas, tidak takut akan kekuasaan dan status, dan juga tidak melakukan hal tersebut demi “kebaikan yang lebih besar”. Dari Roh Tulang Putih, Roh Laut, Binatang Berkepala Sembilan, Singa Azure, Gajah Putih, Peng Besar, hingga pertarungan sampai mati dengan Raja Iblis Bermata Seratus, semua itu dilakukan demi keadilan, dan bukan sebagai cobaan dan kesengsaraan dalam cara memperoleh teks suci. Ada perbedaan yang jelas antara menjadi peziarah dan membunuh setan, dimana yang pertama adalah untuk “kebaikan yang lebih besar” yang tidak berwujud, sedangkan yang kedua lebih mudah untuk dipahami. Di antara keduanya, keempatnya memilih yang terakhir, dan mengutip apa yang dikatakan Jiang Liu’er kepada Sang Buddha: “Saya hanyalah seorang biksu sederhana, dan jalan kita tidak sama.”